Minggu, 17 Januari 2016

suatu allasan

suatu alasan

"Allah mempertemukan untuk satu alasan. Entah untuk belajar atau mengajarkan. Entah hanya untuk sesaat atau untuk selamanya. Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekadarnya. Akan tetapi, tetaplah menjadi yang terbaik diwaktu tersebut. Lakukan dengan tulus. Meski tidak menjadi seperti yang diinginkan. Tidak ada yang sia-sia karena Allah yang mempertemukan."

Tak pernah sia-sia waktu yang dihabiskan untuk mengenal seseorang. Waktu itu aku melakukan dengan sungguh-sungguh, waktu itu aku lakukan dengan tulus. Waktu itu kamu adalah bagian yang terpenting. Yang kuharapkan tuk selamanya..

Meski kini semua menjadi suatu waktu di masa yang lalu, meski kini tidak lagi menjadi bagian yang terpenting, dan menjadi sekedarnya, yang hanya untuk sesaat..

tapi kamu yang dulu telah membentuk aku yang sekarang, yang mengajarkan bagaimana mencintai, bagaimana berbagi.. mengajarkanku untuk berani, dan kembali bangkit berdiri. Mengenalkan arti kehilangan, dan merelakan...

menghapus sedihku berarti menghapus bayangmu, mengubur lukaku berarti mengubur semua kenang.. saat melupakan kenangan pahit, tak terasa kenangan indahpun terlupakan, semua rasa, semua cerita, dihilangkan...dilupakan..

dirimu yang dulu telah menjadi bagian diriku yang sekarang, yang berani berkata lantang dan berani menghadapi kehidupan..

Aku harus tetap menjalani hidup meski tidak denganmu, aku harus bahagia meski bukan bersamamu, aku harus tetap tersenyum meski bukan untukmu, aku harus bisa mencintai selain dirimu..

tak pernah menyesal telah mengenalmu, tak pernah menyesal pernah bersamamu, meski kini tidak lagi menjalin cerita yang sama, namun kau akan selalu menjadi bagian dari kisah hidupku..

Minggu, 03 Januari 2016

awal 2016-#2

syare`at : tuntunan yang harus kita pegang teguh sampai ahir hayat

hakekat : bekal yang wajib kita cari didunia ini untuk nanti disaat kita mulai berjalan menuju pengenalan pada sang khaliq

thoreqot : suatu perjalanan yang betul-betul menguji iman jikalau tak kuat jangan harap bisa sampai ke hadapan Allah swt

ma`rifat : penegenalan diri kepada ilahi

sekkilas tentang rosulullah

43. #Nabi lalu tersenyum bersabda, "Pun penunggangnya, adalah yang terbaik." Ya Allah, curahi kami rahmatMu tuk kelak bersamanya di surga.
42. Saat para cucu jadikan #Nabi kuda-kudaan, merangkak kian-kemari, kata Abu Hurairah, “Tunggangan kalian paling mulia di langit & bumi”.
41. Al Husain naik ke punggung #Nabi saat sujud. Beliau tak bangkit hingga Al Husain puas bermain. Nanti, beliau minta maaf pada hadirin
40. Kelembutan Sang #Nabi tak terhalangi & tak menghalangi ibadahnya. Umamah binti Abil ‘Ash, sang cucu, sering digendong dalam shalatnya.
39. “Pernah 3 x hilal berlalu”, ujar ‘Aisyah, “Tiada nyala api di rumah kami.” Apa penyambung hidup #Nabi ?, tanya ‘Urwah. “Kurma & air
38. "Sepuluh tahun aku melayani #Nabi " lanjut Anas, "Beliau tak pernah berkata, 'Kenapa kaulakukan ini?' atau 'Kenapa tak kaulakukan itu?"
37. “Tak pernah kulihat”, kata Anas, “#Nabi marah atau membalas laku buruk atas diri beliau. Beliau marah jika Allah & agamaNya dinista.”
36. Jika dihadapkan pada pilihan, Sang #Nabi selalu mengambil hal yang ringan & mudah; selama ia tak jatuh pada apa yang dilarang Allah.
35. Sang #Nabi tak suka diistimewakan. Jika berbagi peran di perjalanan beliau selalu mencari peluang berkontribusi; hatta menyiapkan api.
34. Sang #Nabi amatlah pemalu, lebih tersipu dibanding gadis dalam pingitannya. Tak pernah terbahak, hanya senyum tulusnya semanis madu.
33. Karena sempitnya kamar #Nabi , tahajjud beliau menghadap ‘Aisyah berbaring. Jika hendak sujud, diisyarati kaki sang istri agar ditekuk
32. Bahkan tuk shalat malam, #Nabi minta izin pada istri nan lagi bersama di ranjang; “Apa kau ridha jika malam ini aku menghadap Rabbku?”
31. Saat ‘Aisyah haidh, #Nabi bersandar di pangkuannya sambil tilawah; atau meletakkan kepala di antara kaki ‘Aisyah, tidur dalam hangat.
30. #Nabi tak pernah jijik pada istri yang sedang haidh (seperti kebiasaan Arab & Yahudi); beliau tetap bermesra, hanya menghindari jima’.
29. #Nabi amat suka bersiwak bersih gigi; saat hendak shalat, hendak tilawah, hendak menemui tamu/sahabat, juga tiap kali menjumpai istri.
28. #Nabi mengerjakan sendiri segala urusan rumahtangga yang beliau bisa; menambal baju sobek, menjahit sandal rusak, hingga memerah susu.
27. #Nabi tak pernah mencela makanan. Jika menyukainya, beliau memakannya penuh syukur. Jika tidak suka, beliau cukup diam tanpa komentar
26. #Nabi makan roti dari tepung utuh tak diayak (dulu dianggap rendah; kini sehat berserat), lauknya garam, minyak zaitun, cuka, & labu.
25. #Nabi yang penuh cinta memberi nama bebarang miliknya; dari perkakas rumah-tangga, bejana, gelas, kuda, unta, keledai, pedang, tombak.
24. Makanan kesukaan #Nabi -yang jarang beliau nikmati- adalah paha kambing. Camilannya hais; campuran kurma rendam, kismis, & susu masam.
23. Penutup kepala kesayangan #Nabi ialah surban hitam, dikenakan dengan ujung menjatuh di pundak. Sandalnya bertali dua dari kulit hewan.
22. #Nabi suka mandi bersama & bercanda bermain air dengan istri-istrinya, bahkan pada Saudah nan tua. Usia tak menghalangi kemesraan itu.
21. Kadang dalam renung khusyu’, Sang #Nabi duduk dengan 1 lutut diangkat menempel perut. Suka bersandar bantal, tapi bukan di saat makan.
20. Tidur Sang #Nabi tidak tengkurap. Jika miring berbantal tapak tangan, kaki disilang. Jika telentang, kaki kanan diletak di atas kiri.
19. #Nabi suka minum susu dari wadah yang sama dengan istrinya, ditepatkan di bekas bibirnya. Anggur, zaitun, & buah lain; segigit berdua.
18. Sang #Nabi gesit berolahraga lari. Kadang bersama istri. Kadang anak-anak kecil; beliau lombakan siapa dulu yang mampu tangkap beliau.
17. Sang #Nabi menyimpan selalu selimut Khadijah; kenangan menenangkan saat beliau terguncang wahyu pertama, & di dalamnya beliau diseru.
16. Jari manis Sang #Nabi dilingkari cincin perak bermata batu hitam Habasyah, ditulisi “Muhammad Rasul Allah”; dilepas jika ke Peturasan.
15. Sang #Nabi berminyak wangi di seluruh tubuhnya. Istri beliau mengoleskan di sekujur badan, lalu beliau sendiri harumkan bagian ‘aurat.
14. Di antara pakaian kesukaan Sang #Nabi adalah gamis yang putih, hibarah merah buatan Yaman, & baju sampir 2 helai warna hijau & hitam.
13. Sang #Nabi menyukai celak itsmid yang beliau gunakan menjelang tidurnya. Tiga kali untuk kanan & kiri; sejuk & menumbuhkan bulu mata.
12. Sang #Nabi suka meminyaki rambutnya. Kata Anas, uban beliau nan kurang dari 20 helai jadi tersamar. Beliau gemar merapikan janggutnya.
11. Dulu #Nabi suka menyisir rambut ke belakang mirip Ahli Kitab. Saat nyata keingkaran mereka, beliau selisihi dengan menyisir belahnya.
10. Bila menoleh, #Sang Nabi berbalik dengan seluruh badan, lebih sering menunduk dibanding mendangak, melihat dengan sepenuh perhatian.
9. Sang #Nabi berjalan dengan langkah kaki lebar, begitu langsam seolah menuruni bukit, tubuh beliau ikut berguncang anggun tiap langkah.
8. Lengan Sang #Nabi panjang, tapak tangan lebar & tebal, jemarinya ramping. Telapak kaki beliau cekung, halus hingga airpun tak menempel.
7. Leher Sang #Nabi jenjang & indah. Perut beliau sama rata dengan dadanya nan bidang. Jarak antara kedua bahu lebar. Persendiannya kokoh.
6. Dari bawah janggut Sang #Nabi menggalur ke bawah bebulu halus, lewat leher, melebat di dada, melajur bagai tongkat hingga ke pusarnya.
5. Janggut Sang #Nabi menggaris dari depan telinga, menebal menuju dagu. Mulutnya lebar, gigi-giginya besar, dari selanya memancar cahaya.
4. Bola mata Sang #Nabi indah & hitam, bulu matanya lentik menawan. Hidungnya mancung, bagian atasnya memancar cahaya. Dua pipinya datar.

3. Alis Sang #Nabi melengkung panjang, tebal, & nyaris bertaut di tengah. Di antara keduanya terdapat urat yang memerah kala beliau marah.
2. Kulit Sang #Nabi cerah, putih kemerah-merahan. Rambutnya disisir ketika sebahu, digerai ketika sepapak daun telinga. Dahi beliau lebar.

1. Perawakan Sang #Nabi tidak tinggi, tidak pendek. Rambutnya tidak keriting, tak pula lurus. Wajah beliau tak bulat, bukan pula persegi.

awal 2016


Lalu kenapa jika hidup ini tidak sempurna? Ini bukan surga! -Nouman Ali Khan

mungkin lebih baik berpura-pura tidak mengetahui banyak hal karena hal itu akan memudahkan kita untuk bersikap

"Jalan menuju Allah adalah jalan dimana 
Adam kelelahan, Nuh mengeluh, Ibrahim dilempar ke dalam api, Ismail dibentangkan untuk disembelih, Yusuf dijual dengan harga murah & dipenjara selama beberapa tahun, Zakaria digergaji, Yahya disembelih, Ayub menderita penyakit, Daud menangis melebihi kadar semestinya, Isa berjalan sendirian, dan Muhammad shallallahu alaihi wasallam mendapatkan kefakiran & berbagai gangguan.
Sementara kalian ingin menempuhnya dengan bersantai ria & bermain-main?
Demi Allah takkan pernah bisa terjadi.”
(Ibnul Qayyum al-Jauziyah)

Ketidaktahuan itu indah. Ia membuat kita berdoa terbaik, berniat terbaik, berupaya terbaik, bertawakkal terbaik, bersyukur & sabar terbaik.