Kamis, 17 Februari 2011

Rejeki Yang Telah Ditetapkan Pasti Di Dapat

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS Hud : 6 )

Makna ayat diatas adalah, semua mahluk yang diciptakan oleh Allah sudah dilengkapi dengan rezeki, termasuk manusia. Begitu ajaibnya jalan rezeki manusia misalnya, jatah rezeki kita telah ditentukan oleh Allah SWT setelah empat bulan di perut ibu, rezeki kita masuk lewat tali ari-ari karena belum bisa berbuat. Setelah lahir, walau tali ari-ari digunting, tetap saja bertemu dengan rezeki kita lewat air susu ibu. Saat air susu berhenti, Allah menyediakan bebagai makanan ketika rasa lapar muncul tinggal menangis, maka rezeki akan datang.

Semakin dewasa makin gigih ikhtiarnya menjemput rezeki karena Allah telah menyiapkan kekuatan fisik, akal dan indera perasa. “Oleh karena itu kita jangan malas mencari nafkah, binatang pun selalu berikhtiar untuk mendapatkan rezekinya. Rasulullah SAW pernah terkesan kepada burung yang pergi pagi dengan perut kosong, tapi setelah terbang kembali dengan perut kenyang. Jadi kuncinya adalah terbang (bergerak) dan itu tidak bisa didapatkan dengan sayap yang malas. Binatang yang tak mempunyai akal saja mati-matian ikhtiar hingga bisa bertemu dengan rezekinya. Mustahil manusia yang mempunyai akal tak bertemu dengan rezekinya, “demikian antara lain ujar Aa Gym dalam buku ‘Menjemput Rezeki Dengan Berkah.”

Al Hassan Al Bashri bertutur, “Aku telah membaca sembilan puluh tempat dalam Quran bahwa Allah telah menetapkan semua rezeki dan menjaminnya bagi makhluk. Dan pada satu ayat aku membaca, Setan menjanjikan ( menakut-nakuti ) kalian dengan kemiskinan dan menyuruh kalian untuk berbuat kejahatan ( kikir )”( QS.2 : 268 )

Abu Hurairah RA berkata, “ Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, seseorang yang keluar mencari kayu bakar (lalu hasilnya dijual) untuk bersedekah dan menghindari ketergantungan kepada manusia, itu lebih baik dari seseorang yang meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau pun ditolak. Karena sesungguhnya tangan yang di atas ( memberi ) itu lebih baik daripada tangan dibawah ( meminta ).”( HR.Muslim ).

Andai saat ini kita merasakan kesempitan rezeki, bagaimana caranya agar kita bisa berharap bahwa Allah akan melapangkan rezeki kita dan kita yakin akan terkabulnya harapan tersebut? Caranya, bukalah keyakinan dalam hati kita bahwa Allah itu Maha Kaya. Hanya Dia pemilik jagat raya. Makhluk-makhluk yang tiada daya saja diberi dan orang-orang durjana dan kafir saja dicukupi. Masak kita sebagai hambanya tidak. Imam Ibnu Athoillah dalam kitab Al Hikam antara lain berkata, “Apabila engkau ingin dibukakan oleh Allah pintu harapan, maka perhatikanlah kebesaran nikmat-nikmat dan rahmat Allah yang berlimpah kepadamu. Dan bila engkau ingin dibukakan rasa takut, maka perhatikanlah amal perbuatanmu kepada-Nya.”

Amin bin Abd. Qais mengungkapkan, “Tiga ayat dalam Quran, jika aku mengucapkannya, aku tidak peduli dengan apa yang akan terjadi padaku di subuh dan sore hari. Pertama, apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya (Surah 35 : 2). Kedua, Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan ( Surah 65 : 7 ). Ketiga, Dan tidak ada suatu binatang melata pun ( segenap mahluk Allah yang bernyawa ) di bumi melainkan Allah-lah yang menanggung rezekinya.( surah 11:6 ).”

Al Waki meriwayatkan, “ Kami pernah mandatangi Rasulullah SAW yang sedang mengerjakan sesuatu, membangun sebuah rumah, lalu kami mengeluhkan kesusahan kami kepadanya. Ketika selesai, beliau memanggil kami seraya bersabda, “Janganlah kalian putus asa dari rezeki selama kepala kalian masih bergerak. Sebab, manusia itu dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merah tubuhnya, tidak memiliki kulit. Lalu Allah memberinya rezeki berupa kulit.”( HR.Ahmad ).

Rasulullah SAW bersabda, “ Tidak satu tanaman pun di bumi, tidak buah di atas pohon, dan tidak pula sebutir biji pun di kegelapan bumi kecuali padanya tertulis, ‘Bismillahirrahmaanirrahim rezeki fulan bin fulan’ serta tidak ada sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.”( HR. Yazid bin Harun )

Ada satu kisah menarik. Di masa mudanya Ibrahim bin Adham suka berburu. Suatu hari, setelah letih berburu beliau istirahat sambil menggelar tikar dan siap akan menyantap hidangan. Tiba-tiba muncul seekor burung gagak. Belum lagi Ibrahim sempat memanahnya, gagak itu dengan tangkas menyambar dan menerbangkan sepotong roti miliknya. Karena jengkel, Ibrahim mengejar burung itu sampai ke lereng bukit yang sepi. Betapa terkejutnya dia ketika disana dilihatnya ada seorang lelaki tergeletak dengan kaki dan tangan yang terikat. Tanpa pikir panjang, dibukanya tali ikatan itu. Ketika ditanya, lelaki malang itu menjawab “ Aku pedagang yang dirampok dan sudah tujuh hari diikat di sini.”

“ Lalu siapa yang memberi kamu makan dan minum?”tanya Ibrahim lagi. “Masya Allah. Ada saja rezeki yang diantarkan padaku lewat hamba-Nya. Misalnya gagak itu. Rezeki yang Allah kirimkan hari ini adalah sepotong roti yang diantarkan gagak,”terangnya. “Subhanallah. Bila binatang saja bisa menolong manusia, mengapa aku tidak?”bisik hatinya. Konon setelah itu Ibrahim pulang ke istananya dan menyedekahkan seluruh kekayaannya, kemudian ia pergi ke Mekah untuk menuntut ilmu. Kelak dia menjadi sufi besar.

Allah SWT berfirman, “Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan memberi minum kepadaku, “ ( Asy-Syuara (26 ) : 79 ). Ayat ini menyiratkan bahwa hanya Allah-lah yang memberi rezeki dan yang memberikan segalanya. Setiap makhluk, termasuk kita ini, memang Allah-lah yang menjamin segala kebutuhannya. Tugas kita hanya menjemput makanan yang Allah jaminkan itu dengan cara terbaik sehingga ikhtiar mencari rezeki baginya menjadi acara amal saleh, acara ibadah dan acara yang penuh makna. Wallahualam. (Oleh : Uti Konsen)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar